TUGAS 1
(Rabu, 14 Maret 2018)
Nama : Muhammad Yusuf Alwi
NIM :
E1B015031
No.
Hp. : 082340493210
KONSEP DASAR
PENELITIAN
A. Pengertian Penelitian Pendidikan
Penelitian
(research) dapat diartikan sebagai upaya atau cara kerja yang sistematik
untuk menjawab permasalahan atau pertanyaan dengan jalan mengumpulkan data dan
merumuskan generalisasi berdasarkan data tersebut. Diartikan juga sebagai proses
pemecahan masalah dan menemukan serta mengembangkan batang tubuh pengetahuan
yang terorganisasikan melalui metode ilmiah.
Berdasarkan
pengertian di atas, maka penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai proses
yang sistematis untuk memperoleh pengetahuan (to discover knowledge) dan
pemecahan masalah (problem solving) pendidikan melalui metode ilmiah,
baik dalam pengumpulan maupun analisis datanya, serta membuat rumusan
generalisasi berdasarkan penafsiran data tersebut.
Yang
dimaksud dengan metode ilmiah di sini adalah metode yang menggunakan
prinsip-prinsip
science, yaitu sistematis, empiris dan objektif. Untuk memecahkan
masalah dapat juga dilakukan Pendekatan non-ilmiah, yaitu menggunakan cara-cara
(a) dogmatis, berdasarkan kepercayaan atau keyakinan tertentu; (b) intuitif,
berdasarkan pengetahuan yang diperoleh secara tidak disadari atau tidak
dipikirkan terlebh dahulu; (c) spekulatif, coba-coba, atau trial and error,
cara terkaan, untung-untungan, yang temuannya bersifat kebetulan; dan (d)
otoritas ilmiah, yaitu berdasarkan pendapat atau pemikiran logis para ahli
dalam bidang tertentu.
B. Rasionalisasi Perlunya Penelitian
Pendidikan
Sekurang-kurangnya ada empat sebab yang melatarbelakangi mengapa
penelitian itu perlu dilakukan, yaitu: (1) Kesadaran keterbatasan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan (2) Pemenuhan rasa ingin tahu; (3) Pemecahan
masalah; dan (4) Pemenuhan pengembangan diri.
Pertama, penelitian didasarkan atas kesadaran keterbatasan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan. Manusia tinggal di lingkungan masyarakat yang sangat
luas. Dalam kehidupan yang sangat luas tersebut banyak hal yang kita tidak
ketahui, tidak jelas, tidak paham sehingga menimbulkan kebingungan, karena
pengetahuan, pemahaman dan kemampuan manusia yang sangat terbatas, dibandingkan
dengan lingkungannya yang begitu luas. Bahkan ketidaktahuan, ketidakpahaman,
dan ketidakjelasan terhadap sesuatu dalam kehidupannya, seringkali menimbulkan
kecemasan, rasa takut, dan rasa terancam. Kesadaran atas keterbatasan
pengetahuan, pemahaman, dan atau kemampuan manusia dalam kehidupannya perlu
diatasi agar manusia dapat menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat.
Kedua, penelitian dilakukan karena didorong oleh pemenuhan kebutuhan rasa
ingin tahu. Manusia memiliki dorongan atau naluri ingin mengetahui tentang
sesuatu di luar dirinya. Pengetahuan dan pemahaman tentang sesuatu, menimbulkan
rasa ingin tahu baru yang lebih luas, lebih tinggi, lebih menyeluruh. Dorongan
ingin tahu disalurkan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman. Contohnya, manusia selalu bertanya, apa itu, bagaimana itu, mengapa
begitu, dan sebagainya. Bagi kebanyakan orang, jawaban-jawaban sepintas dan
sederhana mungkin sudah memberikan kepuasan, tetapi bagi orang-orang tertentu,
para ilmuwan, peneliti, dan mungkin juga para pemimpin, dibutuhkan jawaban yang
lebih mendalam, lebih rinci dan lebih komprehensif.
Ketiga, penelitian dilakukan untuk pemecahan masalah. Manusia
di dalam kehidupannya selalu dihadapkan kepada masalah, tantangan, ancaman, dan
bahkan kesulitan, baik di dalam dirinya, keluarganya, masyarakat sekitarnya
serta di lingkungan kerjanya. Banyak cara yang dilakukan manusia untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya, antara lain:
1.
Pemecahan masalah dilakukan secara tradisional
atau mengikuti kebiasaan. Cara dan alat kerja tradisional yang merupakan kebiasaan,
misalnya, cara masyarakat petani memotong padi menggunakan anai-anai yang
secara turun temurun dijadikan sebagai alat potong padi.
2.
Pemecahan masalah secara dogmatis, baik
menggunakan dogma agama, masyarakat, hukum, dan lain lain. Seperti pencuri dipotong
tangannya, dan lain-lain.
3.
Pemecahan masalah secara intuitif yaitu
berdasarkan bisikan hati, misalnya seorang ibu kebingungan anaknya terlambat
pulang sekolah. Bisikan hatinya, mengecek anaknya dengan menelepon teman dekat
anaknya.
4.
Pemecahan masalah secara emosional, umpamanya
pintu terkunci dibuka dengan didobrak.
5.
Pemecahan masalah secara spekulatif
atau trial and error, suara radio berhenti, lalu radionya dipukul-pukul
dan ternyata bersuara lagi.
6.
Pemecahan masalah melalui penelitian. Pemecahan
masalah dalam penelitian dilakukan secara objektif, sistematis, menggunakan
metode dan mengikuti prosedur, serta berpegang pada prinsip-prinsip dan
kaidah-kaidah pengumpulan, pengolahan data, dan pembuktian secara ilmiah.
Keempat, pemenuhan pengembangan diri. Manusia merasa
tidak puas dengan apa yang telah dicapai, dikuasai, dan dimilikinya. Manusia
selalu ingin yang lebih baik, lebih sempurna, lebih memberikan kemudahan,
selalu ingin menambah dan meningkatkan “kekayaan” dan fasilitas hidupnya.
Keinginan manusia yang selalu ingin lebih baik itu, ada yang dicapai dalam
waktu relatif singkat dengan ruang lingkup yang lebih sempit maupun membutuhkan
waktu yang cukup lama dengan ruang lingkup yang lebih luas dan komplek melalui
penelitian.
Dengan demikian pencapaian yang diinginkan manusia melalui
penelitian sangat tergantung ruang lingkup penelitian yang dirancang, baik yang
dirancang dan dilaksanakan sendiri, maupun melibatkan banyak orang.
C.
Tujuan Penelitian Pendidikan
Apabila dikaitkan dengan output yang ingin dicapai,
Penelitian bertujuan untuk memperoleh pengetahuan, pemecahan masalah, atau
rumusan teori-teori baru. Sedangkan apabila ditilik dari segi prosesnya,
penelitian bertujuan untuk:
1.
Mencandra,
mendeskripsikan, memberikan atau menggambarkan secara jelas dan cermat tentang
data, atau fakta dari permasalahan yang diteliti.
2.
Menerangkan
(eksplanasi) kondisi atau faktor-faktor yang mendasari, melatarbelakangi
terjadinya masalah.
3.
Menyusun
atau merumuskan teori-teori, hukum-hukum mengenai hubungan antara faktor yang
satu dengan yang lainnya, atau peristiwa yang satu dengan peristiwa lainnya.
4.
Membuat
prediksi, estimasi, dan proyeksi mengenai peristiwa-peristiwa yang akan terjadi
atau gejala-gejala yang bakal muncul.
5.
Mengendalikan
peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala berdasarkan temuan-temuan yang
diperoleh.
D. Fungsi Penelitian Pendidikan
1.
Fungsi penelitian
berdasarkan jenis penelitian.
a.
Penelitian Dasar (Basic Research)/ Penelitian
Murni/Penelitian Pokok
Tujuan
penelitian dasar adalah:
1)
Menambah pengetahuan prinsip-prinsip
dasar dan hukum-hukum ilmiah.
2)
Meningkatkan pencarian
dan metodologi ilmiah (Nana Syaodih, 2005)
Dalam bidang pengetahuan sosial,
termasuk hasil penelitian bidang pendidikan, ada dua kemungkinan terjadi, (1).
dapat memperkuat, mengubah, atau menolak hasil temuan dari paradigma lama. (2).
Hasil penelitian yang baru menghasilkan suatu yang memperkuat, membedakan, atau
bertentangan dengan hasil penelitian yang lama. Syaodih (2005) menjelaskan
bahwa penelitian dasar diarahkan untuk mengetahui, menjelaskan dan memprediksi
fenomena-fenomena alam dan sosial. Teori bisa didukung atau tidak didukung oleh
pengalaman. Teori yang didukung oleh kenyataan-kenyataan empiris disebut hukum
ilmiah (scientific law). Pengetahuan baru secara tidak langsung akan mempengaruhi
pemikiran dan persepsi orang yang akibatnya bisa mempengaruhi atau tidak
mempengaruhi perbuatan orang tersebut.
b.
Penelitian Terapan
Penelitian
terapan (applied research) berkenaan
dengan kenyataan praktis, penerapan dan pengembangan pengetahuan yang
dihasilkan oleh penelitian dasar dalam kehidupan nyata. Implikasi dari
penelitian terapan dinyatakan dalam rumusan yang bersifat umum. Penelitian
terapan bersifat abstrak dan umum dalam bidang tertentu, bukan pengetahuan yang
bersifat universal. Dampak dari penelitian terapan terasa setelah periode waktu
tertentu. Penelitian terapan mendorong penelitian lebih lanjut, menyarankan
teori dan praktek baru serta mendorong pengembangan metodologi.
c. Penelitian
Evaluatif
Penelitian
evaluatif (evaluation research) difokuskan
pada suatu kegiatan berbentuk program, proses, ataupun hasil kerja, sedangkan
unit dapat berupa tempat, organisasi, ataupun lembaga. Penelitian ini dapat
menilai manfaat atau kegunaan, sumbangan dan kelayakan dari sesuatu kegiatan
dalam satu unit. Ada dua macam penelitian evaluatif yaitu penelitian
tindakan (action research) dan penelitian kebijakan (policy
research). Penelitian tindakan dilakukan oleh para pelaksana untuk
memecahkan masalah yang dihadapi atau memperbaiki suatu pelaksanaan suatu
kegiatan. Penelitian tindakan menekankan baik pada proses maupun hasil dari
perubahan-perubahan strategi dan teknik yang digunakan.
Tabel Perbedaan antara
Penelitian Dasar, Terapan dan Evaluatif
Penelitian Dasar
|
Penelitian Terapan
|
Penelitian Evaluatif
|
|
Bidang
Penelitian
|
1.
Penelitian bidang fisik, perilaku dan sosial
|
1.
Bidang aplikasi: kedokteran, rekayasa, pendidikan
|
1.Pelaksanaan
berbagai
program atau kegiatan berbagai tempat
|
Tujuan
|
1.
Menguji teori, dalil, prinsip dasar
|
1.
Menguji keguna-an teori dalam bidang tertentu
|
1.Menilai
Keberhasilan
kegiatan secara
spesifik
|
2.Menentukan
hubungan
empiris
antar
fenomena dan
mengadakan
generalisasi analitis
|
2.Menentukan
hubungan
empiris
dan
generalisasi analitis dalam
bidang
tertentu
|
2.
Menilai manfaat
kegiatan
secara
spesifik
|
|
Tingkat
Generalisasi
|
1.
Abstrak, umum
|
1.
Umum tetapi dalam
bidang
tertentu
|
1.Konkrit,
spesifik
dalam
aspek
tertentu.
|
2.Diterapkan
dalam
praktik
aspek
tertentu
|
|||
Penggunaan
Hasil
|
1.Menambah
pengetahuan ilmiah dari prinsip-prinsip dasar dan hukum tertentu.
|
1.
Menambah pengetahuan
yang
didasarkan
penelitian
dalam bidang tertentu.
|
1.
Menambah pengetahuan
Yang
didasarkan penelitian secara
spesifik
|
2.Meningkatkan
metodologi
dan
cara-cara
pencarian
|
2.
Meningkatkan
penelitian
dan
metodologi
dalam
bidang
tertentu
|
2.
Meningkatkan
penelitian
dan
metodologi
secara
spesifik
|
|
3.Membantu
dalam
pembuatan
keputusan
bidang
tertentu
|
Sumber: Reseach in Education (McMillan dan
Schumacher, 2001:18)
2. Fungsi
penelitian berdasarkan tujuan
a. Penelitian
Deskriptif
Penelitian
deskriptif (descriptive research) ditujukan untuk mendeskripsikan
suatu keadaan atau fenomena.. Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan suatu
keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan
perkembangannya, disebut penelitian perkembangan(developmental
studies). Dalam penelitian perkembangan ada yang
bersifat longitudinal atau sepanjang waktu, dan ada yang
bersifat cross sectional atau dalam potongan waktu. Penelitian
longitudinal menunjuk pada penelitian-penelitian individu atau satuan lain,
dimana pengukuran unit yang sama diulang diberbagai waktu sepanjang jalannya
penelitian. Sedangkan penelitian cross sectional, misalnya kemampuan
berbahasa pada masa atau tahapan perkembangan seseorang berdasarkan usia
kronologis: bayi, anak kecil, anak sekolah, remaja dilakukan secara bersamaan.
b. Penelitian
Prediktif
Penelitian
prediktif (predictive research), untuk memprediksi atau memperkirakan
apa yang akan terjadi pada saat yang akan datang. Dengan melihat perkembangan
selama jangka waktu tertentu, pada saat ini atau saat yang lalu dapat dilihat
kecenderungannya pada masa yang akan datang.
c. Penelitian
Improftif
Penelitian
improftif (improvetive research) ditujukan untuk memperbaiki,
meningkatkan atau menyempurnakan suatu keadaan, kegiatan atau pelaksanaan suatu
program. Untuk memperbaiki dan menyempurnakan pelaksana program atau kegiatan
digunakan penelitian tindakan atau action research, sedang untuk
memperbaiki, meningkatkan atau menghasilkan program yang standar atau model
digunakan penelitian dan pengembangan atau research and development.
d. Penelitian
Eksplanatif
Penelitian
eksplanatif (explanative research) ditujukan untuk memberikan
penjelasan tentang hubungan antar fenomena atau variabel. Menjelaskan melalui
teori yang didukung fakta-fakta yang menunjang yang ada, sampai pada pemberian
pernyataan sementara yang disebut sebagai hipotesis penelitian.
E.
Proses
Penelitian Pendidikan
Esensi kerja penelitian ilmiah adalah memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan
berdasarkan data yang benar serta dapat dipertanggung jawabkan validitasnya.
Kebenaran ilmu pengetahuan terungkap dalam analisis yang logis (diterima oleh
akal sehat) dan objektif (sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya). Melalui
proses penelitian yang prosedural, dengan langkah-langkah yang sistematis sejak
penemuan masalah, perumusan yang jelas, metodologi dan tehnik pengumpulan data
yang tepat, pengolahan dan analisis data yang cermat, terwujudlah sebuah
laporan hasil penelitian yang disebut karya ilmiah. Karya ilmiah adalah karya
tulis yang disusun berdasarkan kajian ilmiah, dalam bentuk Penelitian Pustaka
(Library Research) atau Penelitian Lapangan (Field Research). Metodologinya
bisa menggunakan penelitian kualitatif, yang menerapkan analisis logik dengan
tehnik utama observasi. Bisa juga menggunakan metode penelitian kuantitatif
yang menerapkan analisis statistik dengan prioritas tehnik angket.
Jenis masalah yang ditemukan akan mengantarkan seoran peneliti melakukan
penelitian sesuai dengan sifatnya. Penelitian bisa bersifat deskriptif, ketika
peneliti bermaksud menggambarkan suatu keadaan. Bisa juga bersifat korektif,
ketika peneliti bermaksud menemukan hubungan antar variabel, bisa juga
penelitian bersifat komparatif ketika peneliti bermaksud membandingkan suatu
fenomena dengan fenomena lain, untuk ditemukan perbedaan dan persamaannya,
kelebihan dan kekurangannya. Penelitian bisa bersifat verifikatif ketika
peneliti bermaksud menguji suatu kebenaran peristiwa yang terjadi. Apapun jenis
masalahnya, penelitian tetap harus melalui proses dan prosedur yang sistematis.
Proses penelitian dilakukan melalui prosedur yang jelas, dengan langkah-langkah
yang sistematis: Mencari, menemukan dan menetapkan masalah sebagai fokus
penelitian.
1.
Merumuskan masalah, dengan cara mengidentifikasi
dan mengajukan pertanyaan penelitian yang bersifat spesifik (Specific
Question), sebagai pedoman bagi peneliti untuk mencari jawabannya dilapangan
penelitian.
2.
Menyusun kerangka konseptual (konseptualisasi
pemikiran) sesuai permasalahan yang telah dirumuskan, untuk mengantarkan
peneliti menggunakan konsep ilmu pengetahuan terkait, dalam memandang masalah
yang sedang diteliti dan dicari pemecahannya.
3.
Menetapkan tujuan, maksud dan kegunaan
penelitian.
4.
Menentukan sumber data dan hipotesis jika
diperlukan.
5.
Mengumpulkan data.
6.
Mengolah data.
7.
Menganalisis data.
8.
Menyimpulkan hasil penelitian.
9.
Menyusun laporan penelitian.
Proses dan prosedur penelitian ilmiah, menurut versi lain
yang dikemukakan oleh Mc. Millan & Schumacher (2003) dilakukan melalui
beberapa langkah sebagai berikut :.
1.
Penelitian Masalah secara umum. Masalah akan
menentukan bagian-bagian atau obyek yang akan diteliti.
2.
Peninjauan Masalah Literatur yang paling penting
adalah hasil penelitian terdahulu serta teori yang relevan dengan permasalahan
penelitian.
3.
Penemuan Masalah Khusus, Pertanyaan Penelitian
atau Hipotesis. Seorang peneliti akan dapat menentukan pendekatan kuantitatif
atau kualitatif, bila ia telah menemukan batasan masalah yang akan diteliti dan
merumuskannya dalam pertanyaan penelitian serta hipotesis.
4.
Penentuan Rancangan Penelitian dan Metodologi.
Peneliti akan menentukan rancangan dan metodologi penelitiannya berdasarkan
data yang terkumpul, bagamana subyek penelitian dipilih dan bagaimana data akan
diolah.
5.
Pengumpulan Data. Data dikumpulkan melalui cara
dan alat yang disahkan melalui uji kesahihan dan keajegan.
6.
Analisis Data dan Penyajian Hasil. Untuk
penelitian dengan pendekatan kuantitatif, dan kianalisis melalui perangkat
statistik dan disajikan secara ringkas melalui tabel statistik atau diagram.
Adapun penelitian dengan pendekatan kualitatif, dianalisis melalui ketentuan
parameter tertentu dan disajikan berdasarkan hasil observasi dalam bentuk
uraian, narasi logik.
7.
Penafsiran Temuan dan Pemberian Simpulan dapat
disajikan dengan bahasa yang singkat (short), sederhana (simpel) dan berbobot
(strong).
F. Beberapa Keterbatasan Penelitian Pendidikan
Meskipun ruang lingkup penelitian pendidikan sangat luas, dalarn beberapa
hal penelitian pendidikan mempunyai keterbatasan yang perlu disadari oleh
peneliti. Beberapa keterbatasan tersebut merupakan konsekuensi dari
kompleksitas masalah dan metodologi yang bersumber dari subjek penelitian
pendidikan itu sendiri, yakni manusia.
Kompleksitas masalah pendidikan merupakan pembatas karena fenomena yang
muncul dalam penelitian pendidikan merupakan dampak interaksi antarpelaku yang
ada dalam dunia pendidikan itu sendiri (dalam hal ini adalah orang tua, siswa,
guru, dan masyarakat). Penelitian terhadap individu pelaku tersebut akan tidak
bermakna apabila mereka tidak dilihat dalam perspelctif konteks kehidupan
nyata. Mereka merupakan para pelaku yang secara aktif merespons secara bebas
(namun berbeda) terhadap stimuli yang ada di sekitarnya. Dengan demikian,
fenomena atau masalah yang muncul di permukaan dunia pendidikan sangat
kompleks.
Penelitian pendidikan, dalam banyak hal, juga telah menunjukkan bahwa respons perilaku para pelaku terhadap stimuli di sekitarnya tidak selalu dapat diprediksi. Hal ini perlu disadari terutama oleh peneliti pendidikan pemula bahwa ketika meneliti objek kajian atau fenomena pendidikan yang tunggal pun is harus mempertimbangkan pengaruh dan interaksi yang simultan dari berbagai variabel yang beragam; kompleks, dan kadang bersifat ambigu. Artinya, peneliti perlu menyadari bahwa is tidak hanya berhubungan elemen manusia per se tapi dengan berbagai elernen situasional yang tak terhitung jumlahnya.
Penelitian pendidikan, dalam banyak hal, juga telah menunjukkan bahwa respons perilaku para pelaku terhadap stimuli di sekitarnya tidak selalu dapat diprediksi. Hal ini perlu disadari terutama oleh peneliti pendidikan pemula bahwa ketika meneliti objek kajian atau fenomena pendidikan yang tunggal pun is harus mempertimbangkan pengaruh dan interaksi yang simultan dari berbagai variabel yang beragam; kompleks, dan kadang bersifat ambigu. Artinya, peneliti perlu menyadari bahwa is tidak hanya berhubungan elemen manusia per se tapi dengan berbagai elernen situasional yang tak terhitung jumlahnya.
Keterbatasan
kedua dalam penelitian pendidikan adalah metodologi yang digunakan. Fenomena
yang dikaji dalam dunia" pendidikan melibatkan pengukuran karakteristik
manusia yang berhubungan dengan cara pemecahan masalah yang menggunakan
keterampilan berpikir sebagai pokok kajian. Metode yang digunakan untuk
pengukuran tersebut tidak mudah karena konsep yang diukur (misalnya
intelegensi, prestasi, gaya kepemimpinan, kelompok interaktif) masih dapat
diperdebatkan. Sebagai dampaknya, validitas dan kredibilitas alat ukur atau
metode tersebut merupakan isu yang masih menonjol. Dalam penelitian pendidikan,
suatu alat ukur atau instrumen sering kali dikatakan valid dan reliabel hanya
pada saat instrumen tersebut dibuat. Karena keterbatasan metodologi ini,
beberapa penelitian pendidikan bahkan kadang harus ditunda karena alat ukur
yang valid masih belum tersedia.
Sumber Pustaka:
Emzir. 2008. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. 2010. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar